Sejarah Hubungan Agama dan Sains
Sepanjang sejarah, hubungan Agama
dan Sains mengalami pasang surut.
Agama dan sains mengalami hubungan yang harmonis pada era "tasauf falsafi", yaitu di era 800-1400 Masehi.
Hubungan yang buruk dialami, salah satunya, di era Galileo dan sesudahnya (1500 M - sampai sekarang). Beberapa orang membayar pemikirannya dengan nyawanya, diakibatkan memiliki pemikiran yang tidak sejalan dengan pemegang otorita keagamaan setempat. Di Eropa, kita kenal kasus Galileo. Sedangkan di peradaban Islam, Surawardhi beberapa abad sebelumnya juga membayar pemikirannya dengan nyawa.
Sejak kasus Galileo, di peradaban Barat, agama dan sains sudah dinyatakan cerai; sains telah mengalami sekulerisasi dan memutuskan untuk sepenuhnya materialistik. Sains harus berbasis kepada fakta
empirik dan perspektif harus melalui pengamatan panca indera; maka dari itu fisika adalah segalanya. Sedangkan bidang-bidang yang tidak berbasis kepada fakta empirik dan juga penerimaan perspektif tidak melalui panca indera ADALAH BUKAN SAINS; lebih tepat dikatakan pseudosains.
Di peradaban Islam, cerainya agama dan sains ditandai oleh semakin terbuangnya filsafat dalam konsep-konsep keagamaan.
Di abad ini, sebagian orang sudah mulai menggugat kemapanan dari keadaan cerainya agama dan sains. Segala kerusakan, baik materiil maupun immateriil, telah membuat sebagian manusia berfikir ulang
mengenai segala status quo di dunia ini, termasuk mengkritisi hubungan agama dan sains.
Di Barat, muncul gerakan creationism untuk menggugat darwinism/evolutionism.
Di dunia Islam, muncul gerakan untuk menghidupkan kembali pemikiran Ibnu Sina, Ibnu 'Arabi dkk yang selama ini telah dikubur dalam-dalam oleh Wahabi. http://tech.groups.yahoo.com/group/Interdisiplin/message/2397
Agama dan sains mengalami hubungan yang harmonis pada era "tasauf falsafi", yaitu di era 800-1400 Masehi.
Hubungan yang buruk dialami, salah satunya, di era Galileo dan sesudahnya (1500 M - sampai sekarang). Beberapa orang membayar pemikirannya dengan nyawanya, diakibatkan memiliki pemikiran yang tidak sejalan dengan pemegang otorita keagamaan setempat. Di Eropa, kita kenal kasus Galileo. Sedangkan di peradaban Islam, Surawardhi beberapa abad sebelumnya juga membayar pemikirannya dengan nyawa.
Sejak kasus Galileo, di peradaban Barat, agama dan sains sudah dinyatakan cerai; sains telah mengalami sekulerisasi dan memutuskan untuk sepenuhnya materialistik. Sains harus berbasis kepada fakta
empirik dan perspektif harus melalui pengamatan panca indera; maka dari itu fisika adalah segalanya. Sedangkan bidang-bidang yang tidak berbasis kepada fakta empirik dan juga penerimaan perspektif tidak melalui panca indera ADALAH BUKAN SAINS; lebih tepat dikatakan pseudosains.
Di peradaban Islam, cerainya agama dan sains ditandai oleh semakin terbuangnya filsafat dalam konsep-konsep keagamaan.
Di abad ini, sebagian orang sudah mulai menggugat kemapanan dari keadaan cerainya agama dan sains. Segala kerusakan, baik materiil maupun immateriil, telah membuat sebagian manusia berfikir ulang
mengenai segala status quo di dunia ini, termasuk mengkritisi hubungan agama dan sains.
Di Barat, muncul gerakan creationism untuk menggugat darwinism/evolutionism.
Di dunia Islam, muncul gerakan untuk menghidupkan kembali pemikiran Ibnu Sina, Ibnu 'Arabi dkk yang selama ini telah dikubur dalam-dalam oleh Wahabi. http://tech.groups.yahoo.com/group/Interdisiplin/message/2397
Tidak ada komentar:
Posting Komentar